aku merindukan kegigihan usahamu, hidupku kini seakan datar, tak ada yang bisa kupertahankan dari apapun, tak ada yang harus kutakuti untuk kulepaskan ~deimos
Hari-hariku bersamanya hambar, tidak manis, tidak asam. Hambar, seakan melayang di luar angkasa. Seperti jalan tol yang mulus, tanpa lubang. Mem-bo-san-kan. Aku tidak menikmati kemenanganku karena pihak lawan menyerah tanpa aku mengerahkan banyak tenanga. Bisa jadi pihak lawan mengalah, bukan menyerah. Dan aku hanyalah seorang pengecut yang menerima kemenangan yang belum sepenuhnya kudapat.
Aku tidak yakin padanya, pada hatinya yang akhirnya diberikan padaku. Aku tidak yakin seberapa besar bagian yang ia berikan padaku, dan seberapa bagian lagi yang masih ia simpan yang kemungkinan berisi orang lain (baca: lawanku).
Aku yakin ia bukan tipe yang suka berkhianat. Tidak, dia tidak seperti itu. Walaupun hal yang lebih menyakitkan selalu terjadi tepat di depan mataku. Pandangan kosong matanya ketika menatap mataku yang berbinar-binar, adalah lebih menyakitkan dibanding apapun didunia. Sama seperti hubungan kami, hambar. Hal itu membuatku makin yakin, bahwa tak sampai seperempat hatinya yang ia berikan padaku, dan seperempat itu mungkin bukan perasaan yang ku harapkan, namun kasihan.
Aku merasa tersiksa, membohongi sejagad raya akan kebahagiaanku. Demi harga diri, demi kemenangan yang palsu.
Halo semesta, aku menulis untukmu, tidak untuk dipublikasikan lebih luas.
-deimos.
tulisan ini untuk seorang yang katanya lagi kangen sama trio planet merah hahaha :P
nama hanya fiksi, diibaratkan sebuah planet yg mempunyai dua satelit mengelilinginya, tidak ada hubungannya dengan cerita asli yunani
No comments:
Post a Comment