"Menurut gue, nggak ada orang yang bener-bener ngedukung mimpi kita sepenuh hati."
"Hmm.. statement menarik."
"Menurut gue, semendukung apapun dia, ketika nanti kita sukses, dia akan iri, kalo kita gagal, mungkin akan ditinggalkan."
"Hmm... Statement lu bikin gue mikir....."
Entah kenapa setelah menonton drama La la land, muncul statement begitu. Mungkin termasuk statement super pribadi, dari pengalaman pribadi yang mungkin pernah terjadi pada orang lain. Or never.
Menurutmu malam itu obrolan kita masuk ke pembicaraan tingkat 3, eveluative level. Dimana kita saling bertukar opini dan pendapat. Melemparkan statement sehingga salah satu dari kita harus berpikir ulang untuk menanggapi.
Menurutku itu masuk pembicaraan tingkat 5, peak level. Karena pembicaraan ini tentang opini yang keluar berdasarkan pengalaman dan menyangkut perasaan.
So 3rd or 5th level. It's up to you, readers.
Sudut pandang pria dan wanita selalu berbeda. Seperti tiga dan lima, enam dan sembilan, logika dan rasa. Selalu begitu. Selalu berbeda. Selalu melengkapi, seperti logika dan rasa?
I've learned a lot from our lastest story. Even the answer is just the same. Always. Logika dan rasa. Entahlah.
Balik ke topik mimpi, that's the truth. Bahwa tidak ada yang benar-benar mendukung mimpi kita sepenuh hati, selain hati kita. Kita berjuang sendiri. Jangan bergantung pada siapapun. Siapapun. Mimpi kita ada di hati kita (if you remember; a dream that you wish your heart makes). Jadi baik aku ataupun kamu, perjuangkan mimpi kita masing-masing sebaik-baiknya.
Mungkin belum terpikir mimpi masing-masing dari kita akan jadi mimpi kita. Tapi, satu, dari puluhan mimpi yang kita punya adalah mimpi kita.
"Saling bantu aja..."
"Makasih, ya, baik banget sih."
So, to be remembered that this journey comes to the live lessons number 4: live the moment. Enjoy aja walau berat.
Catatan ini berlaku untuk saya yang menulis, sebagai quotes awal tahun 2017.
Good luck!
No comments:
Post a Comment