Pemimpin yang baik adalah dia yang mengerti kapasitas setiap peluru sehingga bisa mengoptimalkan senapannya. I guess.
Saya menulis ingin menulis sedikit tentang potensi, job description, profesional dan loyalitas.
Delapan bulan belakangan saya menyelami apa arti kata-kata diatas. Bagi saya, tidak mudah menilai sebuah kata dan mengertinya hanya dengan sebatas membaca. Saya menyelami sendiri kata-kata diatas yang menjadi kegiatan saya sehari-hari.
Job desc erat kaitannya dengan profesionalitas. Dan potensi adalah sebuah anugrah yang diberikan Tuhan kepada makhluknya. Sedangkan loyalitas adalah bagaimana potensi yang kau punya dapat kau berikan secara iklas untuk kepentingan tertentu, tanpa pamrih, menurut saya.
Ada cerita dimana sebuah kelompok mempunyai anggota sedikit, namun diantara mereka tidak ada yang potensinya buruk. Walaupun job desc nya tidak jelas, tapi mereka loyal kepada kelompok tersebut. Sehingga jam kerja yang kadang overtime malah jadi mengurangi nilai profesionalitas mereka. Tapi apakah itu buruk? Toh selama mereka enjoy dan menghasilkan suatu hal yang maksimal, it's fine. Mereka fun-fun aja.
Ada cerita lagi, dimana sebuah kelompok mempunyai anggota yang komplit, namun hanya beberapa dari mereka yang berpotensi bagus. Jobdescnya masih belum jelas karena mereka kelompok baru, mungkin itu berpengaruh pada loyalitas mereka kepada kelompok juga. Sehingga terlihat kurang profesional dalam hal bekerja sama. Namun setiap tugas yang diberikan selalu selesai walaupun masih ada kekurangan sana-sini. Apakah itu buruk? Well, ini tidak bisa dibandingkan dengan kelompok yang pertama tadi.
Banyak hal yang terjadi di dunia. Makin dewasa, penilaian suatu hal akan baik dan buruk semakin blur. Semua tergantung berdasarkan presepsi individu. Saya pribadi ingin ditempatkan di kelompok yang pertama. Namun akan sangat bersyukur ketika ditempatkan di kelompok yang kedua. Kenapa?
Terjebak di rutinitas proyek memang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. But well, tim proyek saya adalah tim kedua tadi. And it's getting worst when we have no manager. Yeaaaah! Horor gak sih. Jadi, sumber daya yang dimiliki kocar-kacir nggak ada yang kontrol. Dan saya sebagai anak bawang yang masih belajar marketing jadi tahu sekali bagaimana marketing proyek ini berjalan. Saya belajar membuat strategi, controling, descicion maker, leadership,dan branding. Selain itu belajar bagaimana menghargai orang lain, orang tua, menahan emosi, sabar, lebih kreatif, menghadapi orang marah, menghadapi celotehan, mendengar keluhan, berani salah dan seterusnya. Itu yang bikin saya bersyukur.
I have no life for about 8 months. I mean, my life before this crazy routine. Rutinitas saya adalah bangun-mandi-ngantor-pulang malem-tidur-repeat. I have no life, sekali lagi. Saya merindukan masa-masa goler-goler atau main cat air. But hey, I got a looooot stuffs to learn. I do love my job, I work in a dream, yang kadang-kadang juga bikin saya stress setengah mati.
Tulisan saja jadi panjang lebar padahal isinya mau curhat.
So, karena saya tidak punya manager, berarti saya harus belajar menerima tantangan, berani disalah-salahin, berani belajar hal baru, dan be strong lah. Yang pasti pelajaran yang saya dapat ini adalah
Delapan bulan belakangan saya menyelami apa arti kata-kata diatas. Bagi saya, tidak mudah menilai sebuah kata dan mengertinya hanya dengan sebatas membaca. Saya menyelami sendiri kata-kata diatas yang menjadi kegiatan saya sehari-hari.
Job desc erat kaitannya dengan profesionalitas. Dan potensi adalah sebuah anugrah yang diberikan Tuhan kepada makhluknya. Sedangkan loyalitas adalah bagaimana potensi yang kau punya dapat kau berikan secara iklas untuk kepentingan tertentu, tanpa pamrih, menurut saya.
Ada cerita dimana sebuah kelompok mempunyai anggota sedikit, namun diantara mereka tidak ada yang potensinya buruk. Walaupun job desc nya tidak jelas, tapi mereka loyal kepada kelompok tersebut. Sehingga jam kerja yang kadang overtime malah jadi mengurangi nilai profesionalitas mereka. Tapi apakah itu buruk? Toh selama mereka enjoy dan menghasilkan suatu hal yang maksimal, it's fine. Mereka fun-fun aja.
Ada cerita lagi, dimana sebuah kelompok mempunyai anggota yang komplit, namun hanya beberapa dari mereka yang berpotensi bagus. Jobdescnya masih belum jelas karena mereka kelompok baru, mungkin itu berpengaruh pada loyalitas mereka kepada kelompok juga. Sehingga terlihat kurang profesional dalam hal bekerja sama. Namun setiap tugas yang diberikan selalu selesai walaupun masih ada kekurangan sana-sini. Apakah itu buruk? Well, ini tidak bisa dibandingkan dengan kelompok yang pertama tadi.
Banyak hal yang terjadi di dunia. Makin dewasa, penilaian suatu hal akan baik dan buruk semakin blur. Semua tergantung berdasarkan presepsi individu. Saya pribadi ingin ditempatkan di kelompok yang pertama. Namun akan sangat bersyukur ketika ditempatkan di kelompok yang kedua. Kenapa?
Terjebak di rutinitas proyek memang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. But well, tim proyek saya adalah tim kedua tadi. And it's getting worst when we have no manager. Yeaaaah! Horor gak sih. Jadi, sumber daya yang dimiliki kocar-kacir nggak ada yang kontrol. Dan saya sebagai anak bawang yang masih belajar marketing jadi tahu sekali bagaimana marketing proyek ini berjalan. Saya belajar membuat strategi, controling, descicion maker, leadership,dan branding. Selain itu belajar bagaimana menghargai orang lain, orang tua, menahan emosi, sabar, lebih kreatif, menghadapi orang marah, menghadapi celotehan, mendengar keluhan, berani salah dan seterusnya. Itu yang bikin saya bersyukur.
I have no life for about 8 months. I mean, my life before this crazy routine. Rutinitas saya adalah bangun-mandi-ngantor-pulang malem-tidur-repeat. I have no life, sekali lagi. Saya merindukan masa-masa goler-goler atau main cat air. But hey, I got a looooot stuffs to learn. I do love my job, I work in a dream, yang kadang-kadang juga bikin saya stress setengah mati.
Tulisan saja jadi panjang lebar padahal isinya mau curhat.
So, karena saya tidak punya manager, berarti saya harus belajar menerima tantangan, berani disalah-salahin, berani belajar hal baru, dan be strong lah. Yang pasti pelajaran yang saya dapat ini adalah
Jangan terpengaruh yang lingkungan buruk. Be yourself. Karena seorang pemenang adalah dia yangn bisa bisa menahan diri dari pengaruh lingkungan negatif.
Terjebak dirutinitas proyek memang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Literally crazy.Dan kalau saya berhasil menahan diri dari tangisan, artinya saya siap untuk jadi to the next level.
No comments:
Post a Comment