Waktu itu kami berjalan
beriringan menembus hujan, membawa sebuah payung, dia. Saya menjinjing sepatu
karena tak mau basah. Kami beriringan berjalan menuju kelas di seberang sana,
menembus hujan yang tak berangin.
Kami berjalan beriringan dulu dan
juga sekarang, tetapi terpisahkan oleh jarak, tetapi tidak tahu apakah tujuannya
ke kelas yang sama. Kami tidak tahu, saya tidak tahu, dia tidak tahu. Yang kami
tahu kami masih berjalan beriringan, terpisah oleh jarak, dan tak tahu kemana
langkah akan melaju dan berlabuh pada akhirnya.
“Hei apa kabar?” sapanya.
“Baik.”
“Baguslah, saya yakin kau akan
menjadi seperti apa yang kau katakan waktu itu.”
“Kau masih ingat?”
“Tentu, kau yang merencanakan,
saya yang akan membangun impianmu. Bukan begitu?”
‘........’
Wushhhh~ tidak terlanjutkan,
hujan semakin deras dan saya tidak bisa mendengar suaranya lagi. Telepon terputus. Tut tut tut...
K
gatau kenapa, waktu baca rasanya hanyut...... Up! :)
ReplyDeletehehehehe, hayolhoo jangan-jangan... cie :P
Deleteyak yak up teyus :)