Bawalah ku kedalam galaksimu, taruhlah diantara bintang-bintang itu. Karena galaksiku terlanjur jatuh ketika ku bertemu denganmu.
Sesi curhat terselubung diantara nebula. Terlihat dua orang, Libra dan satu lagi, Nara.
"Lalu, apa usahaku kalo nggak ngincer?"
"Terus, kalo ngincer, udah deket banget, terus mau diapain? Sampe ada yang cie-ciein padahal belom ada apa-apa, mau diapain tuh incerannya?"
"Pacaranlah. Pacaran aja, nunggu diajakin nikah, nunggu dilamar."
"Untuk pacaran itu nunggu apa mau bilang duluan?"
"Cewek sih bisanya nunggu doang. Nggak enaknya disitu."
"Tapi anyway, ngomong duluan kayaknya nggak cocok buat kamu."
"Kenapa?"
"Wanita itu dewasa, dewasa dengan cara masing-masing. Tunggu, berdoa, tambah prestasi, benahi diri selayaknya wanita."
"Maksudmu, aku hanya seorang cewek yang kekanakan? Aku bukan wanita, begitu?"
"Bukan maksudku nyebut kamu cewek."
"Intinya, aku belum cocok untuk menjadi seorang pendamping pria?"
"Bukan gitu. Kamu jadi apa adanya dirimu. Nanti akan ada yang datang padamu, menerimamu apa adanya kamu."
"Jadi, menurutmu, apa wanita boleh menyatakan duluan?"
"Apa kamu nggak sanggup untuk menunggu lagi?"
"Seberapa lama lagi?"
"Kalo mau bilang duluan, silakan saja, asal siapkan mental."
"Mental saya sudah siap, mungkin dia yang belum siap."
"Mungkin jalani dulu saja, nggak perlu terburu-buru, dipakai untuk saling kenal lebih jauh."
"Apa buatmu lima tahun tidak terlalu lama untuk saling mengenal lebih jauh?"
"Sepertinya kamu mulai terpaku dengannya, terlalu fokus. Mungkin karena itu kamu susah mencari yang lain, susah didekati, terlalu menutup diri."
"Bukan salahku juga kalo terlalu fokus, salah dianya juga."
"Dia? Dia yang mana?"
"Dia. Suatu saat akan kuceritakan, tagih saja kalo aku lupa."