|
once, in Komodo village |
Saya buat sebuah dongeng 25 Desember lalu, ditengah malam tanpa penerangan, di kolong rumah orang, sambil mengecat papan tripleks berukuran 8x3 meter untuk background panggung Festival Komodo. Bersama geng dekor hore KKN, mas riza, tobi, dan hasa si anak kambing tetangga.
Zaman dahulu kala, terdapat desa kecil yang terletak dibawah
bukit. Masyarakatnya rukun, kehidupan mereka tentram dan damai. Desa itu
terkenal dengan nama Desa Komodo. Disana hiduplah seorang putri yang cantik
jelita, yang bernama Putri Fira.
Suatu hari, sang Putri ingin berjalan-jalan keatas bukit. Ia
lalu pergi, berjalan sendirian. Di tengah kalan sang putri merasa sangat lapar.
Dia terlalu capai setelah mendaki setengah bukit. Kemudian dia melihat ada
sebuah pohon lontar yang berbuah di atas bukit itu. Sang putri ingin sekali
memakan buah lontar itu. Sayangnya, ia memakai gaun yang sangat cantik sehingga
tidak bisa dipakai untuk memanjat. Sang putri hanya memandang buah lontar itu
sambil berharap ada seseorang datang untuk mengambilkannya buah lontar.
Tetiba dari langit, muncullah sebuah lubang hitam. Sang
putri terkejut. Lebih terkejut lagi, ketika dari lubang hitam itu muncul
seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah.
Sang pangeran menawarkan bantuan kepada putri untuk
mengambil buah lontar. Sang putri sangat girang akan bantuannya. Tapi sang
pangeran tidak mau mengambilkannya begitu saja. Dia meminta persyaratan dari
sang putri.
“Akan ku ambilkan kau tiga buah lontar, namun dengan tiga
syarat pula. Apakah kau setuju?”
“Apapun akan ku lakukan, aku sangat ingin memakannya.”
“Baiklah. Syarat yang pertama adalah, setelah kau makan buah
lontar itu kau harus membuang kulitnya diatas bukit sana.” sambil menunjuk
puncak bukit seberang. “Lalu, kau harus membuang kulit yang kedua di kaki
gunung Ara.” Gunung Ara adalah gunung tempat paling tinggi di Pulau Komodo. Dan
di kakinya, terdapat mata air yang jernih. “Yang ketiga, buanglah kulit itu ke
lubang hitam tempat aku datang tadi. Bagaimana, putri?”
“Baiklah. Aku setuju. Asalkan kau ambilkan buah itu sekarang
juga.” Dengan berat hati putri menerima persyaratan yang sangat berat itu.
Pangeranpun memanjat dan mengambilkan tiga buah lontar
sesuai perjanjian. Kemudian diberikannya buah itu kepada putri. Sang putri yang
kelaparan langsung melahap satu demi satu buah lontar itu dengan sangat lahap.
Sampai akhirnya habis.
Karena kekenyangan sang putri mengantuk. Dan akhirnya
tertidur dibawah pohon lontar itu.
Sang pangeran menungguinya sampai dia terbangun. Satu jam,
dua jam, tiga jam. Sang pangeran bosan menunggu dan agak kesal karena sang
putri belum memenuhi syaratnya. Akhirnya sang pangeran meninggalkan putri untuk
berjalan-jalan di puncak bukit. Sambil menunggu sang putri terbangun.
Matahari mulai condong ke arah barat. Sang putri akhirnya
terbangun. Ketika membuka mata, dia mendapati sang pangeran sudah tidak ada.
Kesempatannya untuk pergi kabur dari pangeran. Sang putripun pergi berlari
meninggalkan pohon lontar. Dia turun untuk menghindari sang pangeran.
Sang pangeranpun tersadar ketika dia turun dari puncak bukit
untuk membangunkan sang putri. Ketika tiba di pohon lontar. Pangeran terkejut
mendapati putri sudah tidak ada lagi disana. Sang pangeran pun marah karena
putri tidak menepati janjinya.
Didapatinya tiga kulit buah lontar yang tadi di makan putri
tergeletak begitu saja dibawah pohon. Sang putri mengingkari janjinya...
dongengnya belum selesai, bagaimana kelanjutannya?
Ditengah malam itu, satu persatu dari kami melanjutkan dongeng, didengarkan oleh yang lain. Kocak sih. Ada yang serius mikirin kelanjutannya sampai super panjang, sampai pada ngantuk, ada juga yang asal nyeplos pake bahasanya yang super lucu, tapi seruuuu~
Nggak perlu keluar uang mahal untuk suatu kehangatan dan kebersamaan. Ga perlu tempat mewah untuk bercengkrama bersama sahabat. Hanya perlu, aku, kamu, kita, papan tripleks, cat, kuas dan senter untuk membuat semua makin dekat.
Cheers!
Pos ini saya persembahkan khusus untuk temen-temen dekor hore festival komodo:
Afi, Ardys, Stella, Othy, serta Riza, Asdar, Efen dan Pak Yusuf!
*sorry for my drawing. ancur banget, i know.*