Sunday, August 23, 2015

hati vs logika


lilin-merica-oregano-garam
when the love falls - yiruma 

Kombinasi yang pas buat kencan, ditambahi bumbu sore dihalaman belakang. Plus lampu-lampu gantung yang mulai menyala. Ah sore. Ah candle light dinner. 


Ini cerita antara antara hati sama logika. Semacam curhatan juga sih. Mungkin ada yang ngerasain semacam konflik batin. 

Kencan.
Ngapain? Makan. Ngobrol. Itu paling normal dan aman.

Pacaran. 
Ngapain? Saling mengenal satu sama lain (untuk ke jenjang yang lebih lanjut).

Bolehkah?

Logika: kalo nggak pacaran gimana mau nemu jodoh. Kalo nggak usaha gimana mo ketemu jodoh. Kalo nggak mau ketemu atau kencan ama orang baru gimana mau nemu. Buka hati itu perlu banget. 

Hati: Kata Allah jodoh itu ditanganNya. Udah dituliskan dari lauhul mahfudz. Kalau mau dekat dengan jodoh, dekati saja penciptaNya. Perbaiki kualitas diri. Berdoa. Jangan pacaran.

(entah kenapa ini jadi sedikti religius)
Saya yang ada ditengah-tengahnya sebenarnya belum bisa mengambil keputusan. Pilih hati atau logika. Berdasarkan kepercayaan sudah jelas pilihannya, hati. Tapi logika juga jalan terus. Ada pepatah dengarkan kata hati. saya setuju banget. Hati bicara bukan tanpa alasan. Hati bicara karena kebaikan. Dan saya yakin hati tidak bicara sendiri. Jika kamu percaya Tuhan atau mencari Tuhan dimana, Itu yang sedang bicara dan berdetak didada kamu. Saya yakin banget bahwa kata hati yang kuat berarti kita dengan denganNya. Kalau tidak merasakannya, berarti memang kita jauh. 

Tapi otak dan logika juga jalan dalam hal pacaran ini. Saya rasa memang kekuatan bisikan setan super kuat. Ketika logika membolehkan kita untuk pergi bersama seorang yang anggaplah gebetan atau pacar, namun hati tak rela. Tahunya? Nggak yakin sama apa yang kamu lakukan. Ragu. Berarti logika dan hati nggak sejalan. Berarti ada kontra didalam sana. Itu yang setiap kali saya rasakan ketika mau pergi. 

Tahu banget kan betapa sayangnya Tuhan sama kita. Tapi kalau menutup diri terus kapan mau ketemu jodoh?
Tahu kan betapa bingungnya saya ketika diajak kencan? Kalo bilang tidak, isi kepala semacam 'ah kapan lagi ada kesempatan?' tapi hati berkata 'yakin kamu? itu mendekati hal-hal buruk (zina).' tapi logika berkata 'kan udah sama-sama dewasa. Masing-masing dari kita bisa jaga diri kok.'

Dan akhirnya logika menang. 

Duniawi memang begitu menggoda ya. Ya Tuhan maafkan dan ampunilah kami.