Saturday, January 30, 2016

hello komodo part 3: Setabe!


Adaptasi//observasi//

Artinya permisi.
Kuping kami harus mulai beradaptasi mendengar bahasa lokal begitu matahari pertama kami terbit. Semangat menjalani 'hidup baru' masih menggebu disambut oleh telor bebek yang muncul dari balik bukit. Sempurna~

every morning view, keren ya :')

Setelah terbit bulat sempurna, sedetik kemudian hawa hangat mulai menjalar, detik berikutnya kami kepanasan! Oke, ini lebay. Matahari terbit sekitar pukul 6.00 (tergantung bulan apa), begitu pukul tujuh, pelan-pelan sinarnya mulai melelehkan peluh. Jam sepuluh rasa-rasanya sudah tidak tahan lagi sama panasnya. Sengatan matahari disini luar biasa panas. Seminggu pertama, setelah jadwal makan siang, kami serempak tidur. Karena nggak tau lagi harus ngapain, dan diluar super panas. Keringat mengucur dari mana-mana, kipas plastik jadi penyelamat. Galon yang dibeli dari Labuan Bajo habis dalam hitungan jam. Kami meleleh di minggu pertama.


Seminggu pertama

Seperti orang-orang KKN pada umumnya, meskipun kami sudah mempunyai program pokok, tapi tetap saja harus survey kondisi lapangan. Yak seminggu pertama kami jalan-jalan, hunting foto, kepanasan kalo siang, bikin jadwal masak, nyusun program ulang, bikin timeline program, sampe akhirnya di akhir minggu pertama saya, Afi, Rifan, Brita dan geng pejuang baris depan, survey untuk penoromoran rumah. Awal minggu kedua sudah bisa masang stiker nomor rumah. Kebagian di RT ujung, jalannya jauh, dan masih belom bisa adaptasi sama teriknya matahari, saya pun tepar. Btw nempel rumah nggak segampang itu. Naik-turun tangga berpuluh rumah. What? Tangga?? Yep, dan kiky dan tangga bukanlah jodoh sehingga yang terjadi adalah saya terkapar di kolong rumah orang. Pas bangun Afi sama Riffat udah kelar nempelin stiker. Lol~

abis mandi sama nyuci di sumur ceritanya


of course abis nyuci lagi di hari yang beda


Tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, cuaca baru, gaya hidup dsb. Butuh waktu kurang lebih dua minggu untuk bisa menerima bahwa air terbatas. Beruntung dirumah ada kamar mandi dan WC, yah walaupun distribusi air ke rumah 4 hari sekali. Nampung di bak mandi penuh plus ember-ember, tapi tetep aja kurang buat bersebelas. Nggak bisa buat mandi, nggak cukup. Air di rumah cuma bisa buat masak sama BAB doang. Kalo mandi? Ke sumur, ke pos TNK, ke Pak Hajj (sensor), ke laut, ke tetangga,  asal nggak dirumah. Itu aturannya, nggak boleh mandi dirumah. Seru ya! Wk~

Banyak banget yang mau diceritain. Sampe bingung mau nulis yang mana dulu hhahaha. Kalo nulis kegiatan disana ngapain aja, sama aja kayak nulis laporan I1, males. Yaudah aku share hasil hunting foto untuk buku aja.

Permainan yang tiap sore dimainkan bocah-bocah ini disebut Golong atau gulung. Cara mainnya putar ban dengan tongkat kayu kecil, usahakan lurus, jangan sampe belok apalagi kecebur laut. 

Dermaga nggak pernah sepi dari si anak laut. 


Busa apung. Rule of third. 
Pulang sekolah para gadis remaja mencuci baju ke sumur, rame-rame lebih seru, ada temen nggosip.

Kambing dan simpanan air warga. Musim kering memang menyusahkan buat para kambing.

Cumi. Digarami lalu dijemur biar tahan lama supaya bisa di jual ke Labuan Bajo dan pulau lain. 

anak-anak, pulang sekolah, bermain karambol? good idea ya. dibawah bayangan pohon biar nggak kepanasan.

rambut gondrong? cukup panggil bapak, kakak, om atau tetangga buat nyukur.

Angka kelahiran tinggi, adek kecil udah bisa momong adeknya yang paling kecil.

Sederhana, bahagia.

'menyusui' adek
Kolong rumah: tempat bapak memahat, tempat anak bermain, tempat emak-emak ngerumpi. 

Kolong rumah: tempat sampah?

Kolong rumah: tempat tidur. Memang adem sih kalo siang-siang nongkrong dikolong rumah. 

ketika surut

Ketika surut: bapak memperbaiki kapalnya

Selepas asar, bocah-bocah memang senang bermain. Dimanapun. Dermaga salah satunya. 
one two three, RUN!!


golong golong golong
 
rebutan permen ketika ada turis datang

ngantri martabak. Penjual makanan disini jualan dua kali sehari. Pagi hari jam 5.00 sampe jam 6.30 biasanya udah habis. Jualan lagi jam 12.30, sejam kemudian habis. Apapun jualannya. Donat, martabak, pisang goreng, ubi goreng dll.

Barang belanjaan dari LBJ

'Aku bisa nggambar lho, Kak!' *happy




Masih banyak foto dan cerita yang mau dishare. Semoga nggak males nulis part berikutnya.

Buku? Buku apa? Ya karena sudah berniat dari awal ingin membuat buku, alhamdulillah kesampean dan sekarang bisa dibaca di issu.com!!!




See you on next post! Cheers!

Monday, January 25, 2016

hello komodo part 2: Let's Go!

Note: Sepertinya akan lebih banyak gambar daripada tulisan.





Setelah sempat mampir ke kantor bupati dan Balai Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo untuk persentasi program, perjalanan yang sesungguhnya baru benar-benar dimulai. Boat menuju Komodo melaju, mata dimanjakan dengan pemandangan laut biru, langit biru, awan putih dan pulau-pulau gersang disepanjang perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih empat jam. Sembari menikmati angin sepoi dan suara mesin kapal, pikiran saya tak bisa lepas dari khayalan menuju Jurassic Park. Ya, suasananya purba banget, saya sempat mikir Jurrasic Park terinspirasi dari pulau ini. Wk~

Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo.
The design reminds me of Emad Zend on Youtube,
tutorial rendering sketsa yang konsepnya dari berbagai benda random disekitarnya  :|

sejauh mata memandang~


Kami tidak langsung menuju ke Desa Komodo, sempat singgah di Rinca sekitar jam tiga sore, melihat sekeliling desa, bercengkerama dengan tokoh adat, mengambil foto sebentar, istirahat, kemudian numpang solat di masjid (air wudunya asin!). Setelah kurang lebih satu jam, perjalanan dilanjutkan menuju matahari terbenam. Sudah ada sedikit bayangan seperti apa bentuk Desa Komodo dibenak saya. 



rumah-rumah berjarar di bibir pantai

lautnya super bening!

sore hari memang waktunya para bocah untuk 'mandi'

bye Rinca! if you see that kilauan matahari hampir tenggelam di laut, kayak kristal. blink-blink

Selanjutnya, boat mengantarkan kami menuju Pink Beach. What a day. Semua orang langsung terjun ke air tanpa babibu. Sore yang bahagia, badan, mata, kulit dan seluruh indera dimanjakan oleh pemandangan biota laut yang luar biasa beragam, ikan warna-warni, terumbu karang yang ginjuk-ginjuk kalo keinjek, ubur-ubur, air laut yang jernih, air laut yang asin, sunyi, gemersik air di bibir pantai, pasir pantai yang berwarna pink, dan peralihan warna langit dari biru ke hitam, matahari tenggelam, dan golden hour setelahnya. Semua terbayarkan setelah lelah yang menumpuk. Entah lelah karena apa, bisa jadi lelah karenan persiapan kami menuju kesini. Tapi yang pasti, pikiran saya akan sidang bulan lalu langsung teralihkan, total. God Bless Pink Beach!

~Ikan Fugu~

Gelap mulai turun, kami melanjutkan perjalanan menuju kehidupan asing yang akan kami masuki. Perahu kami berhenti pada dermaga panjang yang menghantarkan ke gerbang bertuliskan 'Selamat datang di Kampung Wisata Komodo". Itu kali pertama kami menginjakkan kaki di 'kehidupan baru' dengan puluhan koper, kerier (nulisnya gimana btw?), dan ransel. Baju basah serta badan lengket sehabis snorkling melengkapi kedatangan kami ke Desa Komodo. Waktu itu sudah sekitar tujuh malam, suara berisik lagu dangdut yang diputar superkencang oleh warga membuat kuping kami harus beradaptasi.

Dermaga Abdul Husein,tapi  kami menyebutnya dermaga satu,
Gapura sumbangan dari YKK (Yayasan Komodo Kita) dan BNI

Yang pertama melintas dipikiran setelah sampai adalah: Dem, di dermaga sudah banyak lampu bersolarcell! *berasa dipermainkan oleh DPL, yang katanya disana belom ada lampu di tempat umum.*
Ya baguslah, berarti sudah lumayan maju toh desa ini. Alhamdulillah :')

Ehh lanjutkan~
Kami dibagi menjadi dua rumah, masing-masing rumah sebelas orang. Setelah berkenalan dengan empunya rumah, sempat mandi, kami dijamu makan malam sederhana oleh keluarga mas Riza, di rumah Pak Sahe. Rumah panggung sederhana itu memuat kami semua lhooo~. Menu makan malam memang sederhana, tapi kelelahan dan kebersamaan membuat kami semua makan dengan lahap! Haphap!

Sejak hari itu, kehidupan di Jogja, atau kota asal terlupakan sudah. Hidup yang di depan mata adalah dua bulan kedepan diantara dua puluh dua orang ini. Bagaimana kami harus bisa saling beradaptasi, dengan teman sendiri ataupun dengan masyarakat, dengan keadaan, dengan adat, dengan cuaca, dengan kehidupan baru yang jauh berbeda. Bagaimana kami bertahan dengan keadaan, makanan, air bersih, kotoran, sayur, dan kegiatan-kegiatan lain.


yang motoin aku po ya? -_-



**
You know, sehari setelah tiba di desa, saya diare parah banget sampe dehidrasi. Menyelinap pulang dari rapat di Balai Desa dan hampir pingsan dikamar mandi saking lemasnya. Pada akhirnya hari pertama saya: terkapar di kasur, dikamar yang super panas sampe akhirnya Sri dan Sarah dateng ngasih obat. Thanks sis. Kalo nggak ada kalian gue udah kayak cumi kering. 

Friday, January 22, 2016

hello komodo part 1 : unpredictable journey

Judulnya agak lebai? No lah. 
Bener-bener unpredictable. Jadi awal Oktober lalu saya sidang 2/3, terus down banget gara-gara nggak siap, terus dibantai (sebenernya nggak dibantai, tapi dikasih masukan doang dan jawaban saya kurang memuaskan, yang ini guenya lebai) sama dosbing. Tapi tetep aja saya ngerasa saya ngecewain bapak dosen yang sudah high expectation sama saya. Singkat cerita, saya depresi (sampe hampir mau ke psikolog) dan drama abis selama seminggu! Duh, payahlah. 

Di tengah kegundahan itu akhirnya saya menemukan open recruitmen KKN yang berisi orang-orang yang jadi penyelamat hidup saya dua bulan belakangan ini. So guys, this was my story before I met you! 

Nggak bakalan ngira kalau akhirnya saya KKN keluar Jawa, karena periode November-Desember biasanya cuma di DIY dan sekitarnya. How lucky I was. Hidup memang kayak jungkat-jungkit, kadang diatas kadang dibawah, kadang depresi, kadang bahagia setengah mati. 




let's start the journey!


Antara saya yang menemukan mereka, atau mereka yang menemukan saya, sama saja, toh akhirnya kami saling menemukan dan menjadi tim supergila selama dua bulan. Kami adalah enam belas anak kedokteran, tiga anak geografi, dua arsitektur (saya dan Sri), dan satu anak PSDK. Perjalanan ini jadi semacam games "dapatkah kamu beradaptasi dengan orang baru dan menyelesaikan masalah di tempat tak terduga?" jadi ngebayangin Maze Runner. Wk~

Persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat hanya tiga minggu. Ulang. TIGA MINGGU. Tiga minggu sebelum berangkat kami baru saling berjabat tangan, menyebut nama masing-masing, basa-basi kenalan, lalayeye, dan setelah itu langsung survey mengumpulkan informasi, mecari tahu permasalahan-permasalahan, menyusun program, masih ragu antara jadi berangkat atau enggak di H-2 minggu. Tapi walaupun belom pasti berangkat tetep lanjut nyusun program dan ngedanus. 

Ngedanus, ngumpulin duit bareng, jualan bunga dan postcard di perempatan, di Tugu, sampe hampir ketabrak mobil malem-malem, malem minggu lebih tepatnya, makin ngenes deh. Ngelembur nyusun program, ngelembur proposal sama Harumi, nyari donasi, rapat-rapat program, rapat tiket, rapat duit sampe rapat bareng DPL yang superbaik banget, dokter Way. *sensor nama*

Nyetak proposal sambil mengandai-andaikan nanti di Komodo~~~ lalu tercetus ide, "Kayaknya kita perlu bikin buku tentang desa Komodo deh." dan Harumi mengiyakan, dengan semangat menggebu. *happy*

Juga coba bikin prototype salah satu program besar kami yang judulnya super kece 'liter of light' (kalo kepo cari aja videonya di Youtube). Semacam rangkaian lampu pakai solarcell. Walaupun nggak ada anak elektro di kelompok kami, tapi kami bersikukuh mau menerangi dermaga Komodo dengan lampu ini (ceritanya dari survey yang kami dapat, disana tidak ada listrik selain dari diesel milik warga, dan sangat terbatas sekali pemakaiannya sehingga jalan umum dan public space belum ada penerangan). Sampai akhirnya belajar sama temennya Toro yang kuliah elins (lupa namanya, maaf, you're so cool man!). 

Tim yang persiapannya sebenernya nggak terlalu matang untuk berangkat KKN, tapi akhirnya berangkat juga setelah usaha keras dan sempat melewati drama-drama: ketahuan titip absen pas bakti kampus di GSP dan harus disidang dulu & kehilangan kartu asuransi seluruh anggota kelompok yang baru disadari setelah upacara penerjunan KKN! Bloody hell :''

Bermodal tekad bulat sebulat telor bebek, akhirnya kami berangkat! Tanggal 2 November, kami berduapuluh dua plus dokter Way terbang dari Jogja ke Denpasar ke Labuan Bajo! 

Dan cerita-cerita seru pun dimulai ;)

Upacara Penerjunan KKN, saat sebelum menyadari kartu asuransi hilang. 


bonus:
begitu sampai di Komodo, yes I know, kayak paus teradam(n)par



See you on my next post. I promise you will not wait too long ;)


Cheers!

Dongeng Komodo: Putri Fira dan Buah Lontar

once, in Komodo village
Saya buat sebuah dongeng 25 Desember lalu, ditengah malam tanpa penerangan, di kolong rumah orang, sambil mengecat papan tripleks berukuran 8x3 meter untuk background panggung Festival Komodo. Bersama geng dekor hore KKN, mas riza, tobi, dan hasa si anak kambing tetangga. 

Zaman dahulu kala, terdapat desa kecil yang terletak dibawah bukit. Masyarakatnya rukun, kehidupan mereka tentram dan damai. Desa itu terkenal dengan nama Desa Komodo. Disana hiduplah seorang putri yang cantik jelita, yang bernama Putri Fira.

Suatu hari, sang Putri ingin berjalan-jalan keatas bukit. Ia lalu pergi, berjalan sendirian. Di tengah kalan sang putri merasa sangat lapar. Dia terlalu capai setelah mendaki setengah bukit. Kemudian dia melihat ada sebuah pohon lontar yang berbuah di atas bukit itu. Sang putri ingin sekali memakan buah lontar itu. Sayangnya, ia memakai gaun yang sangat cantik sehingga tidak bisa dipakai untuk memanjat. Sang putri hanya memandang buah lontar itu sambil berharap ada seseorang datang untuk mengambilkannya buah lontar.

Tetiba dari langit, muncullah sebuah lubang hitam. Sang putri terkejut. Lebih terkejut lagi, ketika dari lubang hitam itu muncul seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah.
Sang pangeran menawarkan bantuan kepada putri untuk mengambil buah lontar. Sang putri sangat girang akan bantuannya. Tapi sang pangeran tidak mau mengambilkannya begitu saja. Dia meminta persyaratan dari sang putri.

“Akan ku ambilkan kau tiga buah lontar, namun dengan tiga syarat pula. Apakah kau setuju?”
“Apapun akan ku lakukan, aku sangat ingin memakannya.”
“Baiklah. Syarat yang pertama adalah, setelah kau makan buah lontar itu kau harus membuang kulitnya diatas bukit sana.” sambil menunjuk puncak bukit seberang. “Lalu, kau harus membuang kulit yang kedua di kaki gunung Ara.” Gunung Ara adalah gunung tempat paling tinggi di Pulau Komodo. Dan di kakinya, terdapat mata air yang jernih. “Yang ketiga, buanglah kulit itu ke lubang hitam tempat aku datang tadi. Bagaimana, putri?”
“Baiklah. Aku setuju. Asalkan kau ambilkan buah itu sekarang juga.” Dengan berat hati putri menerima persyaratan yang sangat berat itu.

Pangeranpun memanjat dan mengambilkan tiga buah lontar sesuai perjanjian. Kemudian diberikannya buah itu kepada putri. Sang putri yang kelaparan langsung melahap satu demi satu buah lontar itu dengan sangat lahap. Sampai akhirnya habis.

Karena kekenyangan sang putri mengantuk. Dan akhirnya tertidur dibawah pohon lontar itu.
Sang pangeran menungguinya sampai dia terbangun. Satu jam, dua jam, tiga jam. Sang pangeran bosan menunggu dan agak kesal karena sang putri belum memenuhi syaratnya. Akhirnya sang pangeran meninggalkan putri untuk berjalan-jalan di puncak bukit. Sambil menunggu sang putri terbangun.

Matahari mulai condong ke arah barat. Sang putri akhirnya terbangun. Ketika membuka mata, dia mendapati sang pangeran sudah tidak ada. Kesempatannya untuk pergi kabur dari pangeran. Sang putripun pergi berlari meninggalkan pohon lontar. Dia turun untuk menghindari sang pangeran.

Sang pangeranpun tersadar ketika dia turun dari puncak bukit untuk membangunkan sang putri. Ketika tiba di pohon lontar. Pangeran terkejut mendapati putri sudah tidak ada lagi disana. Sang pangeran pun marah karena putri tidak menepati janjinya.

Didapatinya tiga kulit buah lontar yang tadi di makan putri tergeletak begitu saja dibawah pohon. Sang putri mengingkari janjinya...

dongengnya belum selesai, bagaimana kelanjutannya?


Ditengah malam itu, satu persatu dari kami melanjutkan dongeng, didengarkan oleh yang lain. Kocak sih. Ada yang serius mikirin kelanjutannya sampai super panjang, sampai pada ngantuk, ada juga yang asal nyeplos pake bahasanya yang super lucu, tapi seruuuu~

Nggak perlu keluar uang mahal untuk suatu kehangatan dan kebersamaan. Ga perlu tempat mewah untuk bercengkrama bersama sahabat. Hanya perlu, aku, kamu, kita, papan tripleks, cat, kuas dan senter untuk membuat semua makin dekat.

Cheers!


Pos ini saya persembahkan khusus untuk temen-temen dekor hore festival komodo:
Afi, Ardys, Stella, Othy, serta Riza, Asdar, Efen dan Pak Yusuf!


*sorry for my drawing. ancur banget, i know.*

23


Dua puluh tiga? Mau jalan kemana lagi? 


Tahun baru selalu identik dengan pembuatan resolusi baru. Dan ya, saya juga tipe orang yang semacam itu, terlebih jarak tahun baru dan ulang tahun hanya selisih tujuh belas hari. 

Katanya dimulai dari satu langkah,
tahun ini satu langkah saya adalah: LULUS! (yang gak boleh tertunda lagi)
Sidang ketiga sekaligus sidang terakhir awal April nanti akan menjadi langkah awal menuju perjalanan asik lainnya yang penuh misteri!


Makasih buat kado, surprise, ucapan dan doanya guys!

Sunday, January 10, 2016

2016: which way to go?



Hallo 2016!!
Pergantian tahun saya lalui begitu saja, tidur karena kelelahan. Tak jauh-beda seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak terlalu suka selebrasi. Dua ribu enam belas diawali dengan bangun pagi seperti biasa, sarapan nasi liwet, lalu tidur lagi karena masih kelelahan.

Melihat post teman saya, saya jadi ingin ikut-ikutan mengingat setahun kebelakang,

Pada awalnya 2015 biasa saja, karena resolusi yang saya kejar tahun lalu  cuma satu: Tugas Akhir (yang sudah tertunda satu semester). Yang pada kenyataannya tertunda lagi karena harus KKN dulu. Awal yang biasa saja menjadi tak terduga-duga pada akhirnya. Urusan tugas akhir dicampur dengan urusan 'ehem' bukanlah adonan yang baik. Saking tidak baiknya sampai bisa bikin jungkir balik sendiri. Bisa bikin galau siang malem dan ngilang dari peradaban selama seminggu. Oke. Lupakan! Wk

Seperti dongeng, setiap akhir pasti punya happy ending. Dan happy ending tahun 2015 diakhiri dengan kepulangan saya dari Pulau Komodo, dijemput mama dan dibawakan nasi liwet.

Banyak hal terjadi, banyak hal yang sudah dilakukan, yang pastinya banyak tenaga dan waktu yang dicurahkan. Banyak suka cita. Banyak juga kepuasan batin.
Begitu sadar ini 2016, pikiran langsung kacau. Ketakutan datang. Mengingat kembali apa yang sudah dilakukan dan apa yang sedang diusahakan. Karena kalau diingat, apa yang telah saya lakukan tanpa perlu usaha dan tekad kuat untuk mendapatkannya. Saya hanya mengikuti arus, menikmati kemana arus membawa lari. Dari banyak hal yang sudah saya kerjakan, tidak ada yang benar-benar saya usahakan (dengan sungguh-sungguh). Banyak hal yang bisa dilakukan, tapi tak diusahakan. Jadi berpikir kalau ternyata selama ini tidak benar-benar melakukan apapaun. Takut? Ya. Sangat takut.

Mungkin benar kata salah satu teman saya, 'Sebenarnya kamu sudah menemukan passion kamu, tapi kamu tidak tahu yang mana, mungkin pulang dari sini kamu harus cari tahu. Lalu kerjakan satu-satu dulu. Jangan semua kamu kerjakan.'

Sekali lagi,
Selamat tahun baru! Semoga segera bisa menentukan jalan mana yang akan kau pilih!


xoxo,
kiky